Kisah Ariyanto Korban Perompak Somalia, Uang dari Helikopter Jadi Rebutan
AKURNEWS-Selama 46 hari hidup dibawah ancaman perompak Somalia, ternyata tidak menyurutkan niat Ariyanto (24), menjadi seorang pelaut. Mahasiswa Akademi Maritim Yogyakarta (AMY) jurusan kadet mesin yang mengikuti Proyek Laut (Prola) di Kapal MV Sinar Kudus itu menyatakan akan kembali berlayar setelah lulus kuliah kelak. Ariyanto menjadi salah satu korban sandera perompak Somalia bersama 19 awak kapal lainnya.
”Saya akan kembali ke kampus dan membuat laporan kegiatan magang. Laporan ini sekaligus menjadi tugas akhir guna menentukan kelulusan saya,” kata Ariyanto di rumahnya di di Dusun Suko RT.02/ RW VI, Desa Sewukan, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang (Jateng), Selasa (10/05/2011).
Ariyanto mengaku selama 46 hari disandera, selalu diliputi ketegangan dan membuat berat badan Ariyanto turun dari 58 kg menjadi 54 kg. Segala aktifitasnya diawasi ketat kawanan perompak yang berjumlah sekitar 30 orang. Perompak itu menenteng senjata laras panjang dan pistol.
"Apa pun yang kami lakukan, selalu berada di depan pucuk pistol, tertekan dan tegang,” kisahnya.
Menurut pemuda kelahiran 26 Juli 1986 ini, hal yang paling menakutkan adalah ancaman pembunuhan para perompak. "Saat uang tebusan di serahkan, saya bersama 19 ABK yang menjadi tawanan perompak, diminta berjajar di geladak kapal. Sebuah helikopter melemparkan koper berisi uang ke gladak kapal, langsung para perompak rebutan mengambil uang," tutur Ariyanto.
Ada 30 orang perompak bersenjata tak henti-hentinya mengancam. Kalau mereka menyuruh para sandera untuk mengerjakan sesuatu, pasti berteriak dan mengancam ‘I shoot you’.
Sambil mengacungkan pistol ke arah awak kapal. "Tidak hanya takut, tapi nyali terasa hilang," ujarnya.
Semua barang milik semua ABK, seperti jam tangan, handphone, laptop, serta pakaian semua dibawa, tanpa menyisakan barang satu pun, kecuali pakaian ‘wear pack’ warna oranye yang menempel di badan yang masih tersisa.
Bahkan kamar ABK, semua diacak-acak untuk mencari barang yang masih tersisa. Kondisi makin parah saat jatah makan yang disediakan perompak dikurangi dari tiga kali sehari menjadi dua kali. Ada koki khusus yang memasak makanan sandera dan koki lain memasak untuk perompak.
Ariyanto yang tugas di bagian mesin dapat giliran piket dari jam 12 hingga pukul 4. Di bawah komando masinis, dia membuat jangkar, membersihkan mesin dan menyiapkan alat-alat permesinan. Selama itu, Ariyanto tidak pernah berganti baju. Cuma wearpack, pakaian mekanik yang biasa dikenakan saat bekerja.
Semua barang pribadi di kamar seperti ponsel, laptop, baju hingga souvenir yang dikumpulkan selama berlayar, hilang diambil perompak. Supardi dan Raminah tak melarang keinginan anaknya untuk kembali berlayar. Namun, sebelum Ariyanto kembali ke kampus, keluarga akan menggelar syukuran berupa pengajian, atas kepulangan anak sulung tersebut.
"Berlayar telah menjadi pilihannya, kalau dipaksa beralih ke pekerjaan lain, saya takut malah tidak berhasil. Terserah kepada anak saja karena mereka yang akan menjalani," ujar Supardi.
0 komentar for "Kisah Ariyanto Korban Perompak Somalia, Uang dari Helikopter Jadi Rebutan"