"Kriteria Anak Seperti Inilah Sasaran NII"
Menurut Triwisaksana, ada dua aspek untuk meredam kegiatan tersebut. Di antaranya aspek penyadaran melalui badan dakwah-dakwah yang ada di lingkungan dan tentunya aspek penyadaran oleh orangtua. "Sebab, kebanyakan sasaran kelompok ini adalah remaja yang notabene masih dalam usia rentan dalam menentukan pilihannya," katanya di Jakarta.
Selain itu juga, peran orang tua sangat dibutuhkan untuk menghindari keterlibatan anaknya masuk dalam kelompok tersebut serta harus memberikan penerangan kepada anak tentang ajaran Islam yang benar. "Selain orangtua, pemerintah juga harus peduli," tandasnya.
Triwisaksana yang juga politisi Partai Keadilan Sejahtera ini mengatakan, PKS siap membatu jika partainya diminta untuk memberikan pemahaman Islam yang tidak menyimpang. "Dengan senang hati, karena selama ini memang Islam yang kami sampaikan adalah Islam moderat," katanya.
Sementara itu, menurut Kepala Biro Pendidikan Mental Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Marullah menghimbau kepada warga untuk selalu waspada terhadap aliran agama yang beredar. "Sebab kalau aliran itu core-nya adalah benar agama yang sesungguhnya pasti tidak pernah neko-neko. Tapi kalau sudah neko-neko itu pasti tujuannya sudah beda," katanya.
Menurut Marullah, anak-anak yang menjadi korban sasaran kelompok NII dikarenakan pengetahuan anak tentang agama masih sedikit, dengan demikian hasrat ingin mengetahui perbedaan sangatlah besar. "Maka itu tugas kitalah membentengi mereka," tambah Marullah.
Dirinya berharap kepada pemerintah untuk segera menyelesaikan. Sebab dampak yang terjadi sangatlah besar yakni keberlangsungan berbangsa dan bernegara. Marullah juga menjelaskan, perjuangan bangsa sudah selesai untuk mendirikan bangsa dan tidak dengan cara yang radikal. "Tapi dibangun bersama-sama. Yang harus kita lakukan adalah pengayaan agama tetapi bukan merusak suatu tananan yang merusak mental bangsa," pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua Majelis Ulama Indonesia Hamidan meminta pemerintah segera bertindak tegas menanggapi sepak terjang kelompok Negara Islam Indonesia (NII). Pasalnya, menurut Hamidan, pemerintah dan aparat sudah mengendus aktivitas kelompok ini sejak dulu.
"Aparat itu tahu sekali, apalagi intelijen, lebih tahu dong. Enggak mungkin enggak terdeteksi. Kita juga tahu kalau aparat itu tahu, makanya kita serahkan kepada polisi. Kita enggak mau menjangkau lingkar dalam itu," ungkapnya kepada wartawan.
Hamidan menambahkan, MUI sudah pernah melakukan penelitian masuk ke dalam Pesantren Al Zaitun yang disebut-sebut sebagai tempat cikap bakal NII berlangsung pada 2002. Dalam penelitian itu, Hamidan mengatakan menemukan dua entitas di dalamnya, yaitu Kompartemen Wilayah (KW) 9 dan NII dan keduanya memiliki hubungan baik.
Ia mengatakan, di dalam pondok ini ada dua lingkar kelompok. Lingkar luar merupakan lingkaran yang aktif bergaul dengan masyarakat luar. Menurut penelitian, hampir tak ada kesalahan dalam ajaran Islam di lingkar luar Al Zaitun ini. Namun, keanehan ajaran memang ditemukan dalam lingkar dalamnya, seperti diberitakan selama ini.
"Dan penelitian itu sudah kami sampaikan ke Departemen Agama yang menyangkut radikalisasi di lingkar dalam itu. Kami sampaikan juga ke Mabes Polri. Kami juga masih ingat nama aparat polisi, kepadanya kami sampaikan," tambahnya.
Oleh karena itu, Hamidan menambahkan, pemerintah harus menyelesaikan persoalan ini dengan tegas karena pemerintah sudah mengetahuinya sejak lama.
"Mereka kan sudah tahu, tinggal melakukan tindakan represif untuk itu. Kalau soal penanganan secara persuasif, yaitu dalam rangka pendidikan di sekolah, kampus, dan sebagainya. Yang paling penting, orangtua harus waspada. Kalau anak itu satu dua hari tak pulang tak ada masalah, tidak ditanyakan ke mana. Orangtua harus mewaspadai sekolah atau kampus tempat anaknya," ujarnya.
Sementara itu, saat masyarakat di sejumlah daerah dibuat was-was dengan aktivitas kelompok Negara Islam Indonesia (NII), warga Jombang, Jawa Timur, juga dibuat resah dengan adanya gerakan mirip NII yang bergerilya merekrut anggota baru.
Kabar ini mencuat setelah lima pelajar sekolah menengah kejuruan (SMK) di Jombang menjadi korban perekrutan kelompok yang belum teridentifikasi itu.
Poleres Jombang membenarkan berita tersebut, namun nama organisasi dan identitas lima pelajar yang menjadi korban masih dirahasiakan.
Di Masjid Babul Jannah, Jalan Gubernur Suryo, Kelurahan Sengon, Kecamatan Kota Jombang, sebuah kelompok merekrut dan mengadakan pengajian. Diduga, di masjid itu pula lima pelajar tersebut dicuci otak dan didoktrin.
Salah satu pengurus masjid, Ahmad Fadhil, Kamis kemarin, mengatakan aktivitas kelompok tersebut tidak pernah diketahui pengurus masjid karena mereka tidak resmi. Pengajian digelar tidak resmi hanya perkumpulan beberapa orang.
Apalagi, letak masjid sangat strategis, dekat dengan sekolah dan perumahan. Selain itu hawa sekitar masjid sejuk sehingga kerap digunakan masyarakat atau pelajar beristirahat.
Di antara lima pelajar tersebut adalah siswa SMK Negeri 3 Jombang yang terletak di Jalan Pattimura.
Namun saat dikonfirmasi, Kepala Sekolah SMKN 3 Ganis Subintang mengaku belum mengetahui informasi tersebut. Sekolah mengaku akan lebih waspada memantau kegiatan siswa-siswanya.
Sedangkan Kapolres Jombang AKBP Marjuki mengatakan pihaknya telah mengantongi identitas lima pelajar yang menjadi korban cuci otak kelompok radikal tersebut. Dia menjelaskan, kelompok garis keras tersebut bukan NII, namun kelompok lain yang modus operandinya sama.
Lebih lanjut Marjuki menerangkan, kelompok tersebut tidak mengakui adanya NKRI, mengharamkan hormat bendera merah putih, dan mengajarkan para pengikutnya untuk tidak patuh kepada orangtua. Polisi masih terus memantau aktivitas mereka.
0 komentar for ""Kriteria Anak Seperti Inilah Sasaran NII""